Selasa, 21 Juni 2016

Tugas Softskill (Puisi)

“KAWANKU DAN AKU”
karya:  Chairil  Anwar

Kami sama pejalan larut
Menembus Kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan

Darahku mengental pekat. Aku tumpat padaf

Siapa berkata-kata ………?
Kawanku hanya rangka saja
Karma dera mengelucak tenaga

Dia bertanya jam berapa ?

Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti

“YANG TERAMPAS DAN YANG TERPUTUS”
karya:  Chairil  Anwar

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.

 “PADA SUATU HARI NANTI”
Karya : Supardi  Djoko Damono

Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.


“SEBELUM LAUT BERTEMU LANGIT”
karya : Eka Budianta

Seekor penyu pulang ke laut
Setelah meletakkan telurnya di pantai
Malam ini kubenamkan butir-butir
Puisiku di pantai hatimu
Sebentar lagi aku akan balik ke laut.

Puisiku – telur-telur penyu itu-
mungkin bakal menetas
menjadi tukik-tukik perkasa
yang berenang beribu mil jauhnya
Mungkin juga mati
Pecah, terinjak begitu saja

Misalnya sebutir telur penyu
menetas di pantai hatimu
tukik kecilku juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
melalui desa dan kota, gunung dan hutan
yang menghabiskan usianya

Kalau ombak menyambutku kembali
Akan kusebut namamu pantai kasih
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku
bergenerasi yang lalu

Betul, suatu hari penyu itu
tak pernah datang lagi ke pantai
sebab ia tak bisa lagi bertelur
Ia hanya berenang dan menyelam
menuju laut bertemu langit
di cakrawala abadi

“NARASI DI BAWAH HUJAN”
Karya : Soni Farid Maulana
hujan, curahkan berkahmu yang hijau
pada lembah hatiku.
puaskan dahaga tumbuhan,
hingga jiwaku terasa segar membajak kehidupan.

di pinggir jendela aku ingat benar tahun lalu
aku masih kanak, bersenda gurau, bernyanyi riang,
 memutar-mutar payung hitam di bawah curahmu;
yang berkilauan bagai perak disentuh matahari.

o, hujan. Puaskan dahaga jiwaku
agar hidupku menyeruak bagai tumbuhan
 menjemput Cahaya Maha Cahaya


Of the five poems above, I liked the poem titled "Temanku dan Aku"  because it tells the story of friendship, for better or worse they will always be together. and I hope I get even one. This world is too cruel not to have them. maybe some people think "it's okay not to have them as long as we have a family" but to me when telling about something bad to the families will be no fear for disappointment. I've read that humans have 3 mask, the first mask for a family, two masks to the public, and the third to a friend. three masks to show something crazy about ourselves. and I agree. even though without reducing the presence of family.