Pengertian konsumsi rumah tangga
Menurut BPS Pengeluaran
konsumsi rumah tangga adalah mencakup berbagai pengeluaran konsumsi akhir rumah
tangga atas barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan individu ataupun kelompok
secara langsung. Pengeluaran rumah tangga di sini mencakup pembelian untuk
makanan dan bukan makanan (barang dan jasa) di dalam negeri maupun luar negeri.
Termasuk pula disini pengeluaran lembaga nirlaba yang tujuan usahanya adalah
untuk melayani keperluan rumah tangga.
Ciri-ciri
barang konsumsi:
a.Barang
konsumsi untuk mempeorlehnya diperlukan pengorbanan (barang ekonomi)
b.Barang konsumsi dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
c.Manfaat nilai atau jumlah barang yang digunakan tersebut akan habis sekaligus atau berangsur-angsur
b.Barang konsumsi dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
c.Manfaat nilai atau jumlah barang yang digunakan tersebut akan habis sekaligus atau berangsur-angsur
Benda atau barang konsumsi dapat
dibedakan sebagai berikut
a.Barang yang habis dalam sekali pemakaian, misalnya makanan, minuman, dan
obat-obatan.
b.Barang yang pemakaiannya berulang-ulang atau dalam waktu relative lama, misalnya pakaian, sepatu dan tas.
b.Barang yang pemakaiannya berulang-ulang atau dalam waktu relative lama, misalnya pakaian, sepatu dan tas.
Tujuan
kegiatan konsumsi
a.Mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa secara bertahap.
b.Menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang sekaligus.
c.Memuaskan kebutuhan jasmani dan rohani
a.Mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa secara bertahap.
b.Menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang sekaligus.
c.Memuaskan kebutuhan jasmani dan rohani
Permasalahan pada
Rumah Tangga Konsumsi
Pada dasarnya Rumah Tangga Konsumsi
(RTK) memiliki banyak permasalahan yang terjadi. Seperti halnya pelaku ekonomi
yang lain RTK juga memiliki kelemahan pada kegiatan ekonominya, diantaranya
adalah :
a. Pendapatan yang tidak sesuai dengan
pengeluaran.
Sebuah keluarga terdiri dari Ayah,
Ibu dan anak. Mungkin ada juga anggota lainnya seperti Bibi, Paman, Nenek,
Kakek, Pembantu dan semacamnya. Di sini pendapatan setiap keluarga pastilah
berbeda, dilihat dari segi ekonomi keluarga atau lebih tepatnya ada yang
berpendapat tinggi, sedang dan rendah (kaya dan
miskin). Pengeluaran sebuah kebutuhan juga
didasari oleh pendapatan yang diperoleh dari sebuah keluarga. Tidak mungkin
pengeluaran dari pendapatan orang yang pendapatannya tinggi sama dengan
pengeluaran orang yang pendapatannya rendah.
b. Konsumsi yang secara berlebihan,
apalagi sebuah keluarga tidak mempunyai daftar untuk skala prioritas dalam
sebuah keluarganya.
Selain pendapatan, pengeluaran/konsumsi dari sebuah keluarga
juga perlu dibatasi. Memang kebutuhan dari satu keluarga pastilah berbeda.
Ayah, Ibu, anak atau keluarga lainnya tidak mungkin mereka memiliki kebutuhan
yang sama. Pastinya mereka juga mempunyai keingininan untuk segera melaukan
kegiatan konsumsi walau mereka sebenarnya tahu bahwa pendapatan tidak
seterusnya bisa mencukupi kebutuhan mereka.
Dalam sebuah kebutuhan, kebutuhan dibedakan menjadi
kebutuhan menurut intensitasnya, kebutuhan menurut waktu, kebutuhan menurut
sifat dan kebutuhan menurut subjeknya. Dan yang namanya manusia pasti akan
melakukan kegiatan konsumsi secara terus menerus dan tidak memperhatikan
keadaan sekitarnya.
c. Ekonomi yang tidak seimbang juga
akan mempengaruhi kegiatan RTK.
Kalian pasti tahu bahwa RTK adalah konsumen, dan konsumen adalah
seorang pemakai. Dan darimana mereka mendapatkan itu semua?, pastinya dari
agennya yaitu produsen. Produsen adalah pelaku ekonomi yang tentunya membantu
jalannya kegiatan konsumsi. Jika sebuah produksi tidak berjalan dengan baik
maka kegiatan konsumsi pun juga tidak akan berjalan dengan baik pula.
Memang, RTK bisa berperan pula sebagai produsen tapi tidak
mungkin seorang RTK menjadi RTP untuk seterusnya. Walau RTK disebut pelaku
ekonomi paling rendah tapi RTK juga memerlukan agen untuk bisa melangsungkan
kegiatan konsumsi.
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar